SAYA lanjutkan kisah mengenai verifikasi faktual (verfak) partai politik. Senin (24/10), tim saya hanya beranggotakan dua orang: saya dan Kasubbag Hukum dan SDM Danang Kuntadi. Anggota tim lainnya, ada undangan dari KPU RI ke Jakarta. Di awal pekan kemarin, giliran Kecamatan Arjosari sebagai lokasi verfak. Tim saya, kebagian lokasi di Desa Kedungbendo.

Desa yang berbatasan dengan Kecamatan Tegalombo ini, proses verfaknya kami awali dengan berkoordinasi bersama pemangku wilayah setempat. Kami diterima dengan hangat oleh kepala desa, sekretaris, kasi pemerintahan hingga seluruh kepala dusun (kasun) Kedungbendo. Beberapa titik pun terpetakan, sehingga memudahkan kami mencari tujuan verfak. Atas kebijakan Pak Kades pula, beberapa titik kami diantar oleh kasun terkait.

Hujan sempat mengguyur hari itu. Namun, masih ada satu dusun yang harus kami lalui. Namanya Dusun Jati. Jalannya menanjak cukup ekstrim. Saya simpulkan ekstrim karena sekali tarikan gas motor, kami langsung bisa melihat liku-liku aliran anak sungai Grindulu yang mengalir di sepanjang jalan Kedungbendo. Ini merupakan ruas jalan yang menghubungkan antara Desa Kedungbendo dengan Desa Kalikuning di Kecamatan Tulakan. Tantangan dari jalur ini benar-benar terasa. Sebab, struktur jalan masih berupa makadam, sebagian sudah dicor, serta ada yang baru proses pengecoran. Saya pun baru tahu jalur ini.

Hari berikutnya, Selasa (25/10), titik verfak berlanjut di Kecamatan Tulakan. Tim saya, kebagian di Desa Wonosidi dan Desa Ngumbul. Kali ini, tantangannya adalah antara rumah satu dengan rumah lainnya, tidak saling berdekatan. Meskipun secara teorinya, masih dalam satu wilayah rukun warga (RW) yang sama.

Menjelang siang, hujan lebat mengguyur wilayah tersebut. Semakin sore, hujan kian lebat. Beruntung, tidak sampai sore seluruh proses verfak dapat diselesaikan. Namun, dengan jarak sekitar 35-kilometer dari pusat kota, kami harus kembali dengan guyuran hujan yang sangat lebat. Jas hujan yang kami gunakan, juga tidak cukup mampu untuk melindungi. Hingga akhirnya tembus sampai badan. Dingin betul!

Kisah kedinginan hanya cukup semalam saja. Tidak boleh lama-lama. Sebab, keesokan harinya, Rabu (26/10) Kecamatan Kebonagung sudah menanti untuk menjadi titik verfak. Saya kebagian di Desa Ketepung. Tidak banyak yang menjadi sampling di desa ini. Sehingga tidak sampai sore, proses verfak dapat kami selesaikan.

Kamis (27/10), verfak dipusatkan di Kecamatan Donorojo. Hari itu, saya terjadwal piket menunggu kantor KPU Pacitan. Sebab, ketika seluruh personil turun, tentu kantor tidak boleh kosong. Di saat yang sama, Divisi Sosdiklih Parmas dan SDM mendapat undangan sosialisasi yang dirangkaikan dengan Pemilihan Ketua OSIS di SMA Negeri 1 Pacitan. Sementara siang harinya, saya mewakili KPU Pacitan hadir dalam prosesi pelantikan anggota Pengawas Pemilu Kecamatan (Panwascam). Selamat bertugas, teman-teman Panwascam!

Kecamatan Pringkuku, menjadi titik verfak berikutnya. Tepatnya hari Jumat (28/10). Tim saya ditugaskan untuk verfak di Desa Ngadirejan dan Desa Tamanasri. Sebelum berangkat, pagi harinya digelar upacara peringatan hari sumpah pemuda. Upacara ini sekaligus menjadi momen penyerahan tanda kehormatan Satyalancana Karya Satya dari Presiden RI bagi sejumlah ASN di sekretariat KPU Pacitan. Selamat, bagi teman-teman yang mendapatkannya!

Usai berpetualang di sejumlah wilayah kecamatan, giliran kecamatan kota menjadi titik verfak. Karena banyaknya sampling yang harus ditemui, kecamatan kota dibagi jadwalnya menjadi dua hari. Hari pertama, Sabtu (29/10), saya mendapat tugas di Desa Menadi dan Desa Tanjungsari. Sedangkan di hari kedua, Minggu (30/10), wilayah yang saya datangi adalah Desa Bangunsari dan Desa Sedeng.

Meski wilayah kota, namun ternyata memerlukan tenaga ekstra. Salah satu tantangannya adalah jumlahnya yang lebih banyak. Lokasinya terkadang juga hanya berputar-putar di suatu lingkungan tertentu, meski tidak jarang kami harus salah rumah karena titik tujuan memiliki nama yang sama. Tidak jarang pulang, di wilayah kota itu hanya mengenal nama panggilan saja, tanpa mengetahui nama aslinya. Sedangkan data yang kami bawa, merupakan nama asli. Belum lagi apabila tujuan kami hanya dikenal dengan nama julukan, tanpa banyak yang tahu nama aslinya. Hingga malam hari, kami melakukan verfak di kecamatan kota ini.

Begitulah sekelumit kisah verfak selama sepekan terakhir. Perjalanan yang meninggalkan kesan dan cerita bagi kami para verifikator. Bagi saya, proses ini begitu berkesan. Selain menjalankan tugas tahapan, saya juga dapat mengetahui betapa luasnya Pacitan. Luas banget ternyata! (*)