Komisioner KPU Parigi Moutong, Divisi Hukum dan Pengawasan, Mohammad Misbahudin, berpose bersama KPPS, Linmas dan PTPS, di TPS tersulit, Ansibong, beberapa saat sebelum digelarnya voting day

Komisioner Divisi Hukum dan Pengawasan, Komisi Pemilihan Umum, Kabupaten Parigi Moutong, Mohammad Misbahuddin, melakukan perjalanan dua hari satu malam, saat melakukan monitoring pelaksanaan pemungutan suara, Pilkada gubernur, tanggal 9 Desember 2020, di TPS tersulit, di Dusun Ansibong, Desa Pebounang, Kecamatan Palasa, Kabupaten Parigi Moutong.

“Dimulakan tanggal 7 Desember, dengan jalan kaki. Kita harus memaksakan diri, sampai di lokasi, paling lambat tanggal 8 Desember, sore hari. Sebab, di lokasi TPS, masih harus membuat TPS. Kalau kemudian lambat, maka dipastikan voting day, akan terhambat atau bahkan sama sekali tidak terlaksana,” ujarnya Misbach.

 

Perjalanan dua hari satu malam, dilakukan bersama KPPS, Linmas dan Pengawas TPS Dusun Ansibong, yang masuk dalam TPS 6, dan juga dibantu warga Dusun Ansibong, yang sudah menguasai jalur perjalanan.

Kata Misbach lagi, TPS 6 di Dusun Ansibong, menjadi satu-satunya tersulit di Kabupaten Parigi Moutong, karena jalurnya, yang sama sekali tidak bisa dilalui semua jenis kendaraan, bahkan jalurnya, mengikuti punggungan gunung, aliran air, bahkan harus berpegangan di akar pohon, dengan medan terjal.

Belum lagi, cuacanya yang ekstrim, karena harus melewati puncak Punsu Pongenatan yang mencapai 1000 mdpl, berkabut dan berpotensi mengakibatkan bahaya hipotermia, atau suhu dingin yang berlebihan, membuat manusia bisa berhalusinasi, berakhir dengan kematian.

Menurut salah satu aktivis pendaki gunung, Sudirman, yang ikut dalam rombongan perjalanan, mengatakan, kalau jalur ke TPS 6 Ansibong, adalah jalur menuju puncak Gunung Sojol, gunung tertinggi di Sulawesi Tengah, juga merupakan jalur terpanjang kedua di Indonesia, setelah jalur menuju puncak Gunung Leuser di Pulau Sumatera, Aceh.

Lanjutnya lagi, di TPS Ansibong adalah salah satu TPS yang memiliki jumlah pemilih 149 jiwa, dengan perincian, laki-laki 94 jiwa, dan perempuan sebanyak 55 jiwa,  yang setiap perhelatan pemilu dan pilkada, selalu dipadati pemilih, bahkan ada yang sampai bermalam di lokasi TPS, karena khawatir tidak memiliki kesempatan untuk memilih.

“Antusias masyarakat Dusun Ansibong memang cukup tinggi, meskipun jarak antara pemukiman warga dengan TPS, lumayan jauh, bahkan ada yang sudah berkebun di wilayah Kabupaten Toli-toli, namun masih terdaftar sebagai warga Kabupaten Parigi Moutong, mereka tetap datang,” terang Ketua KPPS Dusun Ansibong, Ma’ruf.

Setelah menghabiskan malam di antara kabut puncak Punsu Bilawu’u, esok harinya, tanggal 8 Agustus, rombongan harus segera bertolak paling lambat pukul 05.30 Wita, karena harus melewati jalur terjal sekitar 10 jam lagi, bahkan melintas di punggungan gunung Puncak Lolab, yang hanya ditumbuhi tanaman pakis, jalurnya pun sangat sempit, jika tergelincir, tak ada pohon yang menahan hingga ke jurang yang berkedalaman ratusan meter.

Dan sore, sekitar pukul 15.45 Wita, tim pun tiba di tempat pembuatan TPS, yang bersebelahan dengan gereja yang dibangun secara sederhana. TPS pun dibangun di bawah kolong rumah warga, yang satu-satunya berada di lokasi TPS.

Warga pun mulai berdatangan, bahkan ada yang bermalam di sekitaran lokasi TPS, dengan membawa bekal seadanya, yakni talas dan sedikit lauk. Keluarganya pun dibawa serta, mulai dari istri, anak-anak hingga lansia. Malam pun berlalu, tim penyelenggara berbaur dengan warga dengan memanfaatkan atap gereja, untuk mengistrirahatkan badan, untuk kegiatan voting day yang menguras energi dan fikiran.

“Alhamdulillah, selama proses kegiatan voting day, semua berjalan lancar sesuai dengan jadwal dan yang direncanakan sebelumnya. Meski ada yang sempat insiden salah paham, namun bisa diluruskan oleh Komisioner Divisi Hukum dan Pengawasan KPU Parigi Moutong, terkait mekanisme dan aturan voting day,” tutup Ma’ruf.

Rombongan kembali pulang, usai penghitungan di TPS Ansibong, lagi-lagi harus melalu jalur yang sama, dengan perhitungan paling lambat, tiga hari perjalanan, semua logistik sudah terkumpul di kantor Desa Pebounang, Kecamatan Palasa.

“Mungkin ada baiknya, pihak KPU mempertimbangkan penambahan anggaran operasional ke TPS tersulit. Sebab wilayahnya cukup sulit dijangkau, namun biayanya hampir sama dengan daerah lain,” pungkas Ketua PPS Pebounang, Supri.