Ingin Jadi Pemilih Cerdas? Pastikan Untuk Melakukan Hal-Hal Ini

Oleh : Wiratmoko I.S.

Indonesia telah beberapa kali melaksanakan Pemilihan Umum dan Pemilihan Kepala Daerah. Pemilihan Umum Legislatif dan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Indonesia yang dipilih secara langsung oleh rakyat pertama kali pada tahun 2004, kemudian 2009 dan 2014. Sedangkan Pemilihan Kepala Daerah secara serentak pertama kali diselenggarakan tahun 2015. Sebagai warga Indonesia yang memiliki hak pilih, hendaknya bijak dalam memilih pemimpin.

Pemilih cerdas menurut Ahmad Halim peneliti KIPP Jakarta, mantan staf Divisi Pengawasan Bawaslu Provinsi DKI Jakarta yang dimuat dalam www.suarakarya.id tanggal 26 September 2015, akan memahami dengan baik makna politik dan segala implikasinya terhadap kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Dengan demikian, pemilih cerdas tidak akan sembarangan memberikan hak suaranya. Ia akan memberikan suaranya hanya kepada para calon yang dianggap benar-benar baik dan lebih dari itu bisa memperjuangkan perbaikan daerahnya. Pemilih cerdas sebelum menentukan dukungan dan mencoblosnya di Tempat Pemungutan Suara (TPS), akan terlebih dahulu melakukan kalkulasi secara komprehensif agar tidak salah memilih. Pemilih cerdas tidak akan menjadikan uang recehan sebagai pengganti ‘nasib’ dalam satu periode politik yang panjang. Sebaliknya, justru akan memberikan partisipasi secara sukarela untuk melakukan kerja-kerja politik agar bisa menghasilkan politisi yang memberikan harapan perbaikan negara.

Mengapa penting menjadi pemilih cerdas? Karena memutuskan siapa yang akan jadi pemimpin negara dan daerah kita masing-masing untuk 5 tahun ke depan bukanlah hal yang remeh. Harus benar-benar mempertimbangkan banyak hal sebelum menjatuhkan pilihan.

Hal-hal apa yang perlu diketahu dari kandidat calon pemimpin kita? Apakah kita sudah siap jadi calon pemilih yang cerdas? Sebelum menjatuhkan pilihan, alangkah baiknya melakukan hal-hal ini :

 

1. Cari Tahu Visi-Misi Pasangan Calon

Janji manis adalah hal yang sering dilontarkan menjelang pemilihan umum. Kandidat bisa menjanjikan berbagai hal, namun pada akhirnya visi-misinya lah yang akan menjadi penyambung lidah bagi aksi yang benar-benar akan dia lakukan. Dari visi-misi itu lah kita bisa melihat komitmen calon pasangan terhadap berbagai isu. Jika membaca visi dan misi yang termuat pada selebaran atau media cetak ternyata menghabiskan waktu dan mengeluarkan biaya lebih, maka saat ini pasangan calon pemimpin telah mengikuti arus kemajuan teknologi dengan mempersiapkan website yang bisa dikunjungi masyarakat.

 

2. Kenali Idealisme Diri Sendiri

Idealisme berasal dari kata ide yang artinya adalah dunia di dalam jiwa (Plato), jadi pandangan ini lebih menekankan hal-hal bersifat ide, dan merendahkan hal-hal yang materi dan fisik. Masyarakat sebagai pemilih kadang tidak peduli pada pentingnya idealisme. Pada masa ini masyarakat kerap terseret arus masa, sehingga menentukan pilihan hanya berdasar apa yang sedang in atau populer saat itu. Mengikuti apa yang paling banyak diminati orang jadi hal yang paling “normal” untuk dilakukan. Padahal, krusial untuk benar-benar mengetahui hal yang paling penting bagi diri sendiri, tanpa harus mengindahkan pendapat orang lain. Dari visi, misi dan program yang dijanjikan oleh pasangan calon, cari kandidat yang kamu rasa paling mungkin mewujudkan harapanmu. Pilihlah kandidat yang secara rasional paling dekat dengan idealisme yang kamu yakini. Namun jika tidak mengasosiasikan diri dengan idealisme manapun, pertanyaan mendasar “Apa yang paling diharapkan dari kandidat pemimpin selanjutnya?” ; “Indonesia/daerah seperti apa yang ingin aku lihat di masa depan?”.  bisa jadi panduan untuk menentukan pilihan.

 

3. Ketahui Program Kerja Melalui Debat Pasangan Calon

Perkembangan media massa memberikan kemudahan dalam mengikuti kontentansi pasangan calon, yang dalam hal ini melihat secara langsung maupun melalui media elektronik bagaimana pasangan calon pemimpin negara atau daerah memberikan pandangannya tentang sebuah isu. Dalam setiap debat, pasangan calon pemimpin akan dihadapkan pada isu yang berbeda. Di situlah bisa secara jelas mengetahui bagaimana program-program nyata yang akan dilaksanakan kelak jika terpilih. Jika perlu, mencatat poin dari setiap debat dan digabungkan pada debat selanjutnya. Dari sini akan bisa melihat mana yang cuma pintar bicara dan mana yang benar-benar konsisten terhadap komitmennya.

 

4. Perhatikan Rekam Jejak Pasangan Calon

Pada masa kampanye Pemilihan, pasangan calon biasanya akan mengutarakan program yang dan janji yang menarik dalam rangka mengambil hati para pendukungnya maupun masyarakat luas. Namun apa yang disampaikan sebagai program dan janji tersebut dapat saja bertolak belakang dengan apa yang dilakukan sebelumnya. Apa yang sudah pernah dilakukan akan jadi bukti nyata bagaimana kinerja pasangan calon pemimpin kita. Pasangan calon pasti pernah punya jabatan sipil (jabatan publik) atau militer. Mereka adalah pribadi yang bisa dinilai secara rasional dari rekam jejak yang mereka miliki. Dari website masing-masing calon kamu bisa mengetahui riwayat kerja yang pernah mereka lakukan. Prestasi apa yang pernah dicapai, permasalahan apa yang dihadapi dan diselesaikan, plus kegagalan apa yang pernah terjadi selama masa jabatan. Apa yang pernah mereka lakukan saat menduduki jabatan akan jadi peta yang baik untuk menunjukkan bagaimana mereka akan bertindak saat memegang pucuk komando tertinggi di negara ini.

 

5. Cari Sumber Berita yang Netral. Biasakan Bersikap Kritis dan Kroscek Informasi

Demi menjaga objektivitas sebagai pemilih, pastikan untuk mempunya sumber informasi yang netral. Biasakan untuk membandingkan berita yang diterima pada satu media dengan pemberitaan di media lain. Selain itu informasi atau berita saat ini sangat cepat tersebar sosial media. Terhadap informasi dan berita yang diterima melalui media ini, selalu cari data yang bisa mendukung informasi tersebut. Informasi viral yang banyak dibicarakan di sosial media belum tentu valid. Informasi dan berita yang diterima melalui media mungkin saja black campaign  atau informasi atau berita disebarkan oleh oknum atau pihak yang tidak bertanggung jawab demi menjatuhkan pihak lain. Informasi ini kerap jadi sumber data yang menyesatkan. Dan juga yang patut diwaspadai adalah adanya media cetak dan elektronik juga kerap ditunggangi oleh kepentingan. Jadi penting untuk selalu mencari sumber berita yang netral dan bersikap kritis terhadap informasi dan berita yang didapat.[]