In House Training (IHT) “Penulisan Artikel Ilmiah Kepemiluan”

jdih.kpu.go.id/dkijakarta/jakut – KPU Provinsi DKI Jakarta menyelenggarakan In House Training (IHT) dengan tema “Penulisan Artikel Ilmiah Kepemiluan” secara virtual yang dihadiri oleh jajaran komisioner dan sekretariat KPU se-DKI Jakarta pada Rabu, 28 Juli 2021. Acara dibuka pada pukul 10:05 WIB oleh Ketua KPU Provinsi DKI Jakarta, Betty Epsilon Idroos. Betty berharap seluruh peserta IHT dapat meningkatkan kapasitas diri dalam menulis baik karya ilmiah maupun non ilmiah.

Selaku pemberi materi, Abdul Gaffar Karim, menyampaikan bahwa terdapat tiga rambu dalam penulisan artikel ilmiah kepemiluan, yaitu gagasan, kaidah, dan gaya penulisan. Apabila dalam membuat sebuah karya ilmiah penulis tidak memiliki gagasan, maka tulisan tersebut dapat dipastikan tidak memiliki substansi yang jelas. Ada tiga prinsip umum dalam gagasan penulisan, pertama, orisinil, di mana gagasan yang keluar harus berasal dari pemikiran penulis sendiri agar ada rasa kepemilikan yang kuat dalam tulisan tersebut. Kedua, tunggal, di mana sebuah tulisan dapat memiliki konteks yang banyak tetapi hanya boleh memiliki satu fokus. Ketiga, relevan, di mana engagement akan rendah apabila tulisan yang dibuat tidak relevan dengan kondisi terkini.

Kaidah penulisan juga memiliki tiga hal penting di dalamnya. Pertama, akademik. Dalam kaidah naskah akademik, clarity menjadi mutlak yang mana tidak boleh ada makna tersembunyi di dalamnya. Specific examples membantu pembaca dalam menangkap makna yang ingin penulis sampaikan, terutama jika tulisan bersifat teoritik. Oleh karena itu, penulis perlu untuk memberi contoh-contoh khusus. Objectiveness merupakan hal yang penting karena penulis sebagai penyelenggara pemilu adalah sebuah objek dalam tulisan sehingga besar kemungkinan tulisan tersebut menjadi subjektif. References atau rujukan merupakan hal sederhana tetapi di titik ini pula banyak karya akademik yang gagal mereferensi sehingga menjadi plagiat. Uniformity and logical flow dalam suatu naskah harus konsisten yang mana tulisan harus mengikuti cara berpikir penulis secara alami sehingga menjadi terstruktur. Kedua, sosial. Kaidah sosial sangatlah kontekstual sehingga penulis yang tidak paham dan tidak memiliki data yang cukup akan berpotensi salah dalam membuat tulisan. Ketiga, gramatika. Sebagai kaidah tata bahasa, penting untuk memiliki satu fokus yang jelas dan tunggal, memiliki satu gagasan dalam satu paragraf, memiliki satu makna dan tiga unsur S + P (+O) dalam satu kalimat, dan juga harus berupa kalimat aktif bukan pasif.

Gaya penulisan yang baik ialah gaya penulisan yang dapat menunjukkan karakter penulis. Sedangan penulis yang baik ialah penulis yang tahu siapa pembacanya, siapa sasaran pembacanya, siapa penerbitnya, dan kapan timing yang pas untuk menerbitkan. Setelah pemaparan materi selesai, acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab hingga pukul 12:10 WIB. Sebagai penutup, Betty menyampaikan bahwa setiap pengalaman harus diikat dengan cara menulis baik secara ilmiah maupun ilmiah populer agar dapat bermanfaat bagi generasi selanjutnya. Karena sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi sesama.