TIDAK terasa,
pemungutan suara Pemilu 2024 kurang setahun lagi. Momentum ini terjadi pada
Selasa (14/2) kemarin. Di KPU RI, momen tersebut ditandai dengan peluncuran
kirab Pemilu 2024. Sedangkan di Pacitan, momen ini menjadi hari pertama
dilaksanakannya proses pencocokan dan penelitian (coklit).
Pada
coklit perdana tersebut, seluruh personil KPU Pacitan diturunkan untuk
monitoring. Coklit perdana tersebut, menyasar sejumlah tokoh-tokoh di
masing-masing kecamatan. Tim saya, diturunkan memonitoring di Kecamatan
Arjosari. Kecamatan yang terkenal dengan pondok pesantrennya itu.
Titik
monitoring pertama adalah coklit di ndalem
KH Lukman Al Hakim. Di tempat ini, mungkin coklitnya tidak lama. Namun, obrolan
hangat menjadikan kami akhirnya tidak bisa buru-buru pamit. Kami mendapat
banyak motivasi dan inspirasi dari salah seorang pengasuh Perguruan Islam
Pondok Tremas tersebut.
Semangat
beliau mendukung suksesnya Pemilu 2024, luar biasa. Bagi beliau, unsur rohani
harus dapat menjadi bagian dari perjalanan tahapan yang dilakukan oleh para
penyelenggara. “Perbanyak kegiatan doa bersama. Serta viralkan ajakan-ajakan
positif untuk meningkatkan partisipasi masyarakat,” pesan kiai yang karib
disapa Gus Lukman ini.
Di
akhir obrolan, Gus Lukman mengajak saya dan seluruh tim untuk berdoa bersama.
Berharap perjalanan tahapan Pemilu 2024 berjalan lancar dan seluruh
penyelenggaranya juga bekerja dengan selamat. Di Tremas, saya memonitor proses
coklit oleh Pantarlih, dengan didampingi seluruh PPS Desa Tremas dan
teman-teman PPK Arjosari.
Masih
di seputaran kompleks Pondok Tremas. Coklit berikutnya adalah di ndalem KH Muhammad Dimyathi. Kami juga
diminta untuk tidak buru-buru. Hingga silaturahmi di tempat pengasuh pondok
yang akrab disapa Gus Mamuk ini, berakhir menjelang azan Duhur. Sedangkan
coklit ketiga giliran di ndalem KH
Asif Hasyim. Sayangnya, beliau sedang istirahat. Sehingga kami hanya bertemu
dengan keluarganya.
Dari
Pondok Tremas, kami beranjak ke Pondok Pesantren Al Fattah Kikil. Di sini, saya
melihat proses coklit oleh Pantarlih dengan didampingi PPS Desa Arjosari, serta
teman-teman PPK Arjosari. Lokasi pertama adalah di ndalem KH Moch Burhanuddin HB. Selaku pimpinan pondok, Kiai Burhan
juga menyambut baik adanya coklit. “Pemilu adalah program negara yang wajib
disukseskan semua kalangan. Sekaligus bentuk dari hubbul wathan minal iman,” tegas Kiai Burhan.
Masih
di seputaran Pondok Kikil, selanjutnya saya memonitor coklit di ndalem KH Sutrisno. Selain pengasuh
pondok, beliau merupakan ketua PCNU Kabupaten Pacitan. Usai proses coklit, Gus
Sutrisno memberikan apresiasinya. Bahkan, beliau terbuka apabila dilibatkan
dalam menyukseskan perjalanan tahapan Pemilu 2024.
Bahagia
sekali bagi saya mendapatkan kesempatan mendampingi coklit perdana di
tempat-tempat para ulama. Semangat para ulama untuk menyukseskan Pemilu 2024,
juga luar biasa. Bahkan, Mas Budiono, anggota PPK Arjosari yang membidangi
sosialisasi dan partisipasi masyarakat, sempat merekam pesan-pesan para ulama tersebut
untuk menyukseskan coklit dan Pemilu 2024 melalui rekaman video di handphone-nya.
Itulah
sedikit kisah saya melakukan coklit perdana. Sekaligus momen memperingati tepat
setahun jelang pelaksanaan hari pemungutan suara. Selain coklit, ada satu
agenda tak kalah penting pada pekan kemarin: verifikasi faktual (verfak)
dukungan keanggotaan calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) oleh PPS.
Untuk
verfak ini, saya terjadwal memonitoring kegiatannya pada hari Sabtu (18/2).
Tepat di tanggal merah, saat peringatan Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW.
Lokasinya di Kecamatan Bandar. Saya mendampingi teman-teman PPS Desa Kledung
dan Desa Tumpuk di kecamatan ini. Selain PPS, teman-teman PPK Bandar juga turut
mendampingi. Menurut saya, mereka sangat kompak. Ketua beserta seluruh anggota
PPK juga mendampingi saya dari awal hingga akhir.
Dari
dua lokasi ini, saya melihat bagaimana pola interaksi teman-teman PPS dalam
melakukan verfak kepada masyarakat yang terdaftar sebagai pendukung calon
anggota DPD. Penekanan saya kepada teman-teman adalah penggunaan bahasa
kearifan lokal. Sehingga masyarakat dapat memahami maksud kedatangan mereka.
Termasuk proses pendokumentasian yang juga harus diawali dengan pengantar yang
baik.
Pada
Minggu (19/2) saya kebagian melakukan monitoring verfak di Kecamatan Kota. Saya
dan tim berkeliling di beberapa desa. Seperti Desa Tanjungsari, Kelurahan
Ploso, hingga Desa Sumberharjo. Teman-teman PPK Pacitan kota juga turut
mendampingi kegiatan saya ini.
Selain
kegiatan-kegiatan tersebut, pada pekan kemarin saya bersama Kasubbag Hukum dan
SDM KPU Pacitan juga menghadiri undangan dari KPU Jawa Timur. Tepatnya pada
Rabu (15/2) hingga Kamis (16/2). Acaranya, rapat koordinasi persiapan
penanganan pelanggaran administratif dan sengketa proses Pemilu. Lokasinya di
kota dingin Batu. Daerah di kaki Gunung Panderman ini, dinginnya masih sama
seperti dulu. Mengesankan. Dingin yang sama ketika saya dulu menuntut ilmu di Kota
Malang, meski sebenarnya ilmu yang saya tuntut itu tidak bersalah! (*)