Konflik terjadi karena terjadi adanya referensi yang berbeda dalam menyikapi suatu permasalahan. Maka dari itu penting kiranya kemauan untuk saling mendengarkan, konfirmasi, dan komunikasi, baru setelahnya mengambil keputusan. Hal ini diungkapkan oleh Dosen Universitas Bina Nusantara Ahmad Mukhlis Yusuf pada saat menjadi pembicara dalam acara Inhouse Training berjudul Manajemen Konflik untuk Penyelenggara Pemilu, yang diselenggarakan oleh KPU Provinsi DKI Jakarta, Kamis (4/11) secara virtual.
Inhouse Training yang dibuka dengan sambutan dari Ketua KPU Provinsi DKI Jakarta Betty Epsilon Idroos, dan dimoderatori oleh Ketua Divisi Teknis Penyelenggaraan KPU Provinsi DKI Jakarta Nurdin ini juga diikuti oleh Ketua Divisi Hukum dan Pengawasan dan Pengawasan Sri Suasti, Plt. Kepala Sub Bagian Hukum Wina Winiarti, dan staf Sub Bagian Hukum KPU Kota Cimahi Devi Yuni Astuti.
Mukhlis menyebutkan konflik merupakan kondisi tidak ada keharmonisan karena tidak mengetahui apa niat baik dari semua orang. Maka dari itu untuk dapat meredam konflik yang muncul, dibutuhkan sosok pemimpin yang mau mendengarkan, dan memberi kesempatan untuk saling berkomunikasi, sehingga masing-masing mampu duduk bersama untuk mendefinisikan apa sebenarnya yang menjadi masalah, karena sering terjadi konflik hanya disebabkan oleh perbedaan persepsi dan cara pandang terhadap objek yang diperselisihkan. Setelah disepakati akar permasalahannya, pikirkan plus minusnya, lalu ambillah keputusan yang terbaik.
Berkaitan dengan konflik akibat beredarnya berita yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, Mukhlis mengingatkan agar lembaga KPU baik itu pusat maupun daerah harus membuat media sosial official/resmi, jadi informasi yang keluar dari lembaga harus melalui akun resmi agar tidak terjadi “penggorengan” konten. Jika hal ini terjadi selalu lakukan tabayyun, atau konfirmasi. Ia juga menekankan agar dapat menangkal hoax yang beredar, lembaga jangan terlalu lama merespon, agar berita yang berkembang tidak semakin melebar.
Konflik dalam organisasi dapat berdampak langsung, maupun tidak langsung. Dampak langsung konflik dalam organisasi bisa dirasakan dengan tidak akan adanya team work, akibatnya akan terjadi dampak tidak langsung, yaitu terhambatnya proses pencapaian tujuan organisasi, yang pada akhirnya akan menyebabkan menurunnya kinerja organisasi. Dampak serius inilah yang harus dipertimbangkan, maka usahakanlah selalu mengatasi konflik sejak dini. Sekali lagi, Mukhlis menekankan perbanyaklah mendengar daripada berbicara, karena konflik dapat dicegah jika mau lebih mendengarkan.