In House Training (IHT) “Penyajian Data dan Informasi Pemilu : Optimalisasi Penggunaan Media Sosial Penyelenggara Pemilu”

Jdih.kpu.go.id/dkijakarta/jakut – KPU Provinsi DKI Jakarta kembali menyelenggarakan In House Training (IHT) dengan tema “Penyajian Data dan Informasi : Optimalisasi Penggunaan Media Sosial Penyelenggara Pemilu” melalui zoom meeting pada Rabu, 18 Agustus 2021. Acara ini dihadiri oleh jajaran komisioner dan sekretariat KPU se-DKI Jakarta. Acara diawali dengan diputarnya Lagu Kebangsaan Indonesia Raya dan dibuka pada pukul 14:20 WIB oleh Ketua KPU Provinsi DKI Jakarta, Betty Epsilon Idroos. Betty menyampaikan bahwa KPU DKI Jakarta saat ini sedang berada di era popst-election setelah pemilu serentak tahun 2020. Untuk mengisi post-election, KPU Provinsi DKI Jakarta ingin terus menambah kemampuan seluruh jajarannya selaku penyelenggara pemilu dalam hal optimalisasi penggunaan media sosial.

            Noudhy Valdryno selaku narasumber mengemukakan bahwa pandemi merubah perilaku masyarakat di mana mereka menjadi lebih sering menggunakan fitur video call dibanding sebelumnya. Hal itu didukung dengan hasil temuan salah satu study yang dilakukan oleh Facebook yaitu “The desire to stay connected is rapidly changing behaviours”. Selain itu, selama pandemi, Facebook dan Instagram menerima 1 milyar konten setiap harinya dan juga terjadi tren kenaikan waktu penggunaan media sosial.

            Valdryno mengatakan bahwa yang dapat dilakukan guna memaksimalkan tren ini ialah dengan keeping your community safe and informed di mana jika kita ingin informasi-informasi terkait pemilu yang akan kita sampaikan aman, maka media sosial dan aset digital kita haruslah aman. Untuk akun media sosial resmi instansi sebaiknya menggunakan fitur halaman bukan fitur profile karena halaman ini dibuat untuk entitas non-individual ataupun perseorangan yang merupakan figur pemerintahan. Jika instansi tetap memakai akun profile, maka kemungkinan untuk otomatis ditake down oleh sistem sangatlah besar.

            Merepresentasikan KPU tidaklah mudah. Valdryno mengatakan pengelola akun media sosial bisa saja berasumsi sudah menggunakan password yang kuat, akan tetapi perhatikan juga bahwa akan sangat banyak pihak yang mencoba untuk meretas akun media sosial yang kita kelola. Selama bermedia sosial pastikan untuk selalu menggunakan strong password atau bahkan menggunakan two-factor authentication yang sudah tersedia di beberapa media sosial.

Untuk membuat laman Facebook instansi menjadi lebih interaktif, kita bisa menggunakan fitur live streaming dibanding hanya mengunggah foto dan infografis. Hal ini dikarenakan fitur tersebut membuat penonton kembali merasakan pengalaman pergi ke suatu event, berdiskusi, dan hal lain secara langsung. Akan tetapi, dalam bermedia sosial, kita juga harus berhati-hati terhadap hoax karena hoax tidak hanya terjadi di media sosial tetapi juga pada aplikasi berbalas pesan. Ini mungkin saja terjadi saat memasuki tahapan Pemilu 2024.

Penampilan media sosial resmi harus terlihat profesional. Hal ini bertujuan untuk menarik minat masyarakat dan memudahkan mereka untuk mengikuti akun yang kita kelola. Nama profile harus singkat agar orang mudah mengidentifikasi. Profile picture, logo, unggahan foto maupun video harus berkualitas baik agar followers dapat melihat dan membaca tulisan dengan jelas. Kita juga harus memastikan bahwa ada informasi tambahan di profile yang dikelola. Di samping itu, kita perlu memperhatikan gambar maupun video yang ditandai ke media sosial instansi yang kita kelola karena unggahan yang tidak relevan dengan konten yang disuguhkan dapat mendegradasi reputasi halaman.

            Algoritma Facebook diwujudkan di dalam news feed atau beranda di mana kita mengonsumsi konten sehari-hari. Tujuan dari news feed ialah menunjukkan cerita-cerita yang memang memiliki arti ke penggunanya. Inilah mengapa news feed menjadi penting. Adapun cara kerja news feed ialah dengan memunculkan ratusan sinyal, salah satunya adalah recency atau seberapa baru konten tersebut. Semua sinyal ini akan menjadi score dan membuat konten kita didukung oleh algoritma Facebook. Valdryno pun menjelaskan tentang tiga sinyal. Pertama, frequency of post atau konsistensi waktu dalam memposting. Laman media sosial kita tidak akan tumbuh jika kita memiliki jeda waktu yang terlalu lama antar unggahan. News feed mengambil sinyal seberapa sering kita mengunggah. Jika jeda terlalu lama maka akan dilupakan dan digantikan dengan konten lain. Kedua, engagement atau keterikatan dengan followers. Contoh jika kita gagal dalam mendapatkan engagement adalah rendahnya angka likes, komentar, dan jumlah share. Adapun cara meningkatkan engagement dengan followers dapat dilakukan dengan sangat mudah seperti membalas komentar yang masuk ke unggahan kita. Ketiga, story time. Saat ini kita sedang berada di era video walaupun diprediksi akan berpindah ke VR/AR (virtual reality/augmented reality). Dengan demikian, sebaiknya jangan melawan arus karena biasanya algoritma medsos menyesuaikan dengan tren.

            Adapun menurut Valdryno banyak akun resmi instansi pemerintahan yang lebih mengutamakan warna background infografis yang diunggah. Padahal sebetulnya ada hal-hal pokok yang harus didahulukan, yaitu, target pasar dan cerita apa yang ingin disampaikan. Valdryno juga mengatakan bahwa konten yang berhasil adalah konten yang interaktif (menyenangkan, substansial, dan personal/autentik), dan konten yang tepat waktu (mendiskusikan topik hangat, berita terbaru, dan menulis konten panjang yang berkualitas).

            Setelah pemaparan materi selesai, acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Sub Koordinator Hukum KPU Kota Jakarta Utara, Muhammad Yusran, mengajukan beberapa pertanyaan. Pertama, apa dampak membeli followers dengan tujuan mendapatkan followers secara drastis dalam waktu singkat? Kedua, apa pengaruh penggunaan hashtag terhadap algoritma Facebook dan Instagram? Valdryno pun menjawab bahwa mendapatkan followers bukanlah variabel tunggal dalam pembuatan media sosial oleh instansi pemerintahan. Selain itu, membeli followers dapat membawa efek negatif berupa tidak tersampaikannya pesan ingin kita tampilkan pada setiap unggahan, tidak akan menambah jumlah likes, dan tidak bisa diajak diskusi. Adapun akun-akun palsu cepat sekali dihapus oleh sistem, sehingga perlahan-lahan jumlah followers kembali berkurang. Selanjutnya terkait hashtag, hasthtag diperlukan dalam setiap unggahan dengan jumlah seperlunya (satu sampai tiga hashtag). Kunci menggunakan hashtag yang efektif adalah konsisten akan hashtag yang disetujui bersama agar bisa masuk ke tab explore. Setelah sesi tanya jawab selesai, acara pun ditutup oleh Ketua KPU Provinsi DKI Jakarta pada pukul 16:12 WIB.